Senin, 25 Agustus 2014

PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA 15 AGUSTUS 1945 DI CIREBON

Kita mengenal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-M.Hatta di Jakarta. Tetapi sebetulnya pernah terjadi proklamasi yg lain, yaitu yang terjadi pada 15 Agustus 1945 di lapangan Kejaksan Cirebon. Proklamasi 15 Agustus 1945 ini dibacakan oleh Soedarsono didampingi oleh Maroeto Nitimihardjo. Mereka yg membaca proklamasi ini adalah orang-orang yang tak mau bekerjasama dgn Pemerintah Pendudukan Jepang.Pada masa Pendudukan Jepang terdapat dua kelompok tokoh tokoh pergerakan Indonesia, satu adalah mereka yang mau bekerjasama dgn Pemerintah Pendudukan Jepang dan yang satu lagi yang tidak mau bekerjasama. Saat Jepang menyerah pada sekutu 14 Agustus 1945, kelompok yang tidak mau bekerjasama langsung menyiapkan proklamasi kemerdekaan dan dibacakan sehari setelah menyerahnya Jepang. Sedangkan yang bekerjasama dengan Pemerintah Pendudukan Jepang tetap melanjutkan sidang-sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). PPKI memang bentukan Pemerintah Pendudukan Jepang untuk menyiapkan kemerdekaan Indonesia. Mereka yang tergabung dengan PPKI inilah yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.Proklamasi Kemerdekaan tanggal 15 Agustus 1945 di lapangan Kejaksan Cirebon ini tidak pernah diperingati, karena pemerintah Indonesia yang kemudian terbentuk adalah dari kalangan tokoh tokoh yang bekerjasama dengan Jepang. Oleh karena itu Pemerintah Indonesia hanya memperingati apa yang mereka lakukan. Hanya tugu putih dengan ujung tajam lancip yang berdiri di lapangan Kejaksan Cirebon sebagai penanda peristiwa ini. Generasi berganti generasi baru, pemerintahan berganti pemerintahan yang baru dan selama ini yang diperingati adalah 17 Agustus 1945. Akibatnya fakta ttg proklamasi 15 Agustus 1945 di Cirebon terlupakan bahkan teks proklamasinya pun tidak diketemukan. Data data tentang proklamasi 15 Agustus 1945 tidak pernah diarsipkan tapi ditulis oleh media masa sezaman dan pernah diungkap oleh para pelakunya termasuk Soetan Syahrir (Tempo pernah mengangkatnya sebagai tulisan). Peringatan nasional ditentukan oleh pemerintah. Semoga pemerintah membaca status saya dan mempertimbangkannya untuk memperingati juga proklamasi di Cirebon ini. Sejarawan hanya dapat mengangkat dan mengungkapkan fakta.

Saya tambahkan sedikit tulisan tentang Proklamasi 15 Agustus 1945 di Cirebon dari : http://angkaraku.blogspot.com/.../proklamasi-15-agustus...
Tugu berwarna putih dengan ujung lancip menyerupai pensil itu berdiri tegak di tengah jalan di dekat alun-alun Kejaksan, Cirebon. Tugu yang sama, dengan tinggi sekitar tiga meter, menancap di halaman Kepolisian Sektor Waled di kota yang sama.
Tak banyak warga Cirebon tahu dua tugu tersebut merupakan saksi sejarah. Di tugu itu, pada 15 Agustus 1945, dokter Soedarsono membacakan teks proklamasi. ”Hanya para sesepuh yang mengingat itu sebagai tugu peringatan proklamasi 15 Agustus,” tutur Mondy Sukerman, salah satu warga Cirebon yang aktif dalam Badan Pekerja Pengaktifan Kembali Partai Sosialis Indonesia. Kakek Mondy, Sukanda, aktivis Partai Sosialis Indonesia, hadir saat proklamasi ini dibacakan di kota udang itu.
Saat Soedarsono membacakan teks proklamasi, sekitar 150 orang memenuhi alun-alun Kejaksan. Sebagian besar anggota Partai Nasional Indonesia Pendidikan. Cirebon memang merupakan salah satu basis PNI Pendidikan.
Soedarsono sendiri adalah tokoh gerakan bawah tanah pimpinan Sjahrir di Cirebon. Setelah siaran radio BBC pada 14 Agustus 1945 mewartakan kekalahan Jepang oleh Sekutu, Sjahrir berambisi menyiarkan kemerdekaan Tanah Air secepatnya. Sjahrir menunggu Bung Karno dan Bung Hatta untuk menandatangani teks proklamasi sebelum 15 Agustus 1945. Sjahrir khawatir proklamasi yang muncul selewat tanggal itu dianggap bagian dari diskusi pertemuan antara Soekarno, Hatta, dan Marsekal Terauchi di Saigon. Ternyata harapannya tidak tercapai.
Ada dua versi asal-usul penyusunan teks proklamasi versi Cirebon. Menurut Maroeto Nitimihardjo, lewat kesaksian anaknya, Hadidjojo Nitimihardjo, Soedarsono tak pernah menerima teks proklamasi yang disusun Sjahrir. Maroeto adalah salah satu pendiri PNI Pendidikan.
Informasi diperoleh Maroeto ketika bertemu dengan Soedarsono di Desa Parapatan, sebelah barat Palimanan, saat mengungsikan keluarganya selang satu hari sebelum teks dibacakan di Cirebon. Soedarsono mengira Maroeto membawakan teks proklamasi dari Sjahrir.
”Saya sudah bersepeda 60 kilometer hanya untuk mendengar, Sjahrir tidak berbuat apa-apa. Katakan kepada Sjahrir, saya akan membuat proklamasi di Cirebon,” ungkap Hadidjojo dalam buku Ayahku Maroeto Nitimihardjo: Mengungkap Rahasia Gerakan Kemerdekaan, yang pekan-pekan ini akan diterbitkan. Sayang, jejak teks proklamasi yang dibacakan Soedarsono tak berbekas. Tak ada yang memiliki dokumennya.
Kisah berseberangan diungkap Des Alwi, anak angkat Sjahrir. Menurut Des, teks proklamasi yang dibacakan Soedarsono adalah hasil karya Sjahrir dan aktivis gerakan bawah tanah lainnya.
Penyusunan teks proklamasi ini, antara lain, melibatkan Soekarni, Chaerul Saleh, Eri Sudewo, Johan Nur, dan Abu Bakar Lubis. Penyusunan teks dikerjakan di Asrama Prapatan Nomor 10, Jakarta, pada 13 Agustus. Asrama Prapatan kala itu sering dijadikan tempat nongkrong para anggota gerakan bawah tanah.
Des hanya mengingat sebaris teks proklamasi versi kelompok gerakan bawah tanah: ”Kami bangsa Indonesia dengan ini memproklamirkan kemerdekaan Indonesia karena kami tak mau dijajah dengan siapa pun juga.”
Dalam buku Rudolf Mrazek berjudul Sjahrir, Sjahrir mengatakan teks proklamasinya diketik sepanjang 300 kata. Teks itu bukan berarti anti-Jepang atau anti-Belanda. ”Pada dasarnya menggambarkan penderitaan rakyat di bawah pemerintahan Jepang dan rakyat Indonesia tidak mau diserahkan ke tangan pemerintahan kolonial lain,” kata Sjahrir seperti ditulis dalam buku Mrazek. Sjahrir pun mengatakan kehilangan teks proklamasi yang disimpannya.
Selain mempersiapkan proklamasi, Sjahrir dengan semangat tinggi mengerahkan massa menyebarkan ”virus” proklamasi. Stasiun Gambir dijadikan arena untuk berdemonstrasi. Stasiun radio dan kantor polisi militer pun sempat akan diduduki. Kala itu, Des dan sekelompok mahasiswa bergerak hendak membajak stasiun radio Hoosoo Kyoku di Gambir agar teks proklamasi tersebar. Usaha tersebut gagal karena Kenpeitai menjaga rapat stasiun radio tersebut.
Tapi simpul-simpul gerakan bawah tanah terus bergerak cepat, menderu-deru dari satu kota ke kota lain, menyampaikan pesan Sjahrir. Dan keinginan Sjahrir agar proklamasi Indonesia segera didengungkan itu pun sampai di Cirebon.

Sumber: http://angkaraku.blogspot.com/.../proklamasi-15-agustus...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar